Embaran.co – Salah satu aktivis di Kabupaten Tangerang, Alamsyah, bersama Tim Public Opinion Makers, yang terdiri Media, Ormas, Akademisi dan Tim independen, membentuk tim survei yang telah bekerja dan berjalan sejak Bulan Juli 2021 lalu.
Tim Survei ini tidak hanya mencantumkan persoalan popularitas dan elektabilitas saja, tetapi juga kapasitas, yang selama ini ditonjolkan adalah lebih ke arah populisme.
“Ini penting untuk mencari pemimpin Kabupaten Tangerang yang memiliki kapasitas,” kata Alamsyah, Minggu (19/2/2023).
Selain itu, kata direktur Geram Grup ini, tim survei ini memberikan semacam pendidikan berpolitik serta memberikan pencerahan kepada masyarakat Kabupaten Tangerang, bukan malah sebaliknya.
“Tugas mereka adalah melakukan sosial engineering atau rekayasa sosial agar masyarakat Kabupaten Tangerang ini lebih baik lagi,” jelasnya.
Sayangnya, latihan kepemimpinan dan political recruitment yang menjadi dasar untuk menjadi Kepala Daerah kemudian berubah menjadi Anomali yang artinya bahwa akhirnya para elite – elite tersebut berebut ingin menjadi Kepala Daerah, dengan harapan nantinya dapat ditarik ke pusat.
“Sebagai contoh, Kabupaten Tangerang kedepan menginginkan sosok figur seorang pemimpin yang benar-benar mengerti dan paham tentang Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 29 Kecamatan, tidak hanya di beberapa Kecamatan saja yang mengalami perubahan. Bola panas problematika pembangunan harus segera diatasi, seperti, hilangnya sejumlah saluran air dampak dari pembangunan yang seolah-olah di biarkan, sehingga ketika hujan turun menyebabkan banjir,” ucap Alamsyah.
Lebih memperihatinkan lagi Kabupaten Tangerang yang di kenal dengan julukan Kota Seribu Industri tetapi masyarakatnya banyak yang tidak dapat bekerja.
“Jujur Ini adalah sebuah kegagalan Pemerintah Kabupaten, khususnya Dinas Tenaga kerjanya yang tidak mampu menjalin kerja sama yang baik dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Tangerang,” bebernya.
“Kita terjebak pada populisme, hingga tak mampu mengatasi persoalan – persoalan Wilayah (red. Desa dan Kecamatan) suatu catatan penting bahwa persoalan kapasitas adalah suatu yang penting bagi sosok seorang pemimpin Kabupaten Tangerang kedepan,” sambung Alamsyah.
Oleh karena itu, Alamsyah berharap kedepannya di Kabupaten Tangerang, diperlukan semacam Demokratisasi dalam kepemimpinan Daerah.
“Jangan sampai Kepala Daerah (red. Bupati dan Wakil Bupati) dipenuhi dengan Dinasti Politik atau Oligarki. Karena Kepala Daerah adalah sumber kepemimpinan di tingkat Pusat,” tambahnya.
Lebih lanjut Alamsyah mengatakan, bahwa aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh kandidat Calon Bupati dan Wakilnya ada tiga, yakni karakter atau integritas, visi – misi, dan rekam jejak.
“Keberhasilan seseorang bukan karena Popularitas tetapi harus mempunyai Tiga hal utama tersebut,” cetusnya.
Ada Paradoks dalam Demokrasi yang menganut “Adagium One Man One Vote” artinya Siapapun orang bisa dipilih meskipun orang itu tidak memiliki kapasitas. Kemudian, meskipun Demokrasi berdasarkan,” Political Equality ” tetapi Oligarki tetap berperan.
“Jujur ini yang saya takutkan pada Pilkada Kabupaten Tangerang yang akan datang,” ujar Alamsyah.
Dua hal itu yakin akan muncul kembali. Politik Oligarki yang membajak Demokrasi kemudian tanpa memperhatikan kapasitas.
Alamsyah menyimpulkan, bahwa sifat dan tujuan dari Pilkada Kabupaten Tangerang itu adalah terjadinya sirkulasi elite penguasa.
“Namun, ditakutkan jika ternyata sirkulasi itu tidak terjadi. Sehingga meskipun wajahnya berganti, namun ternyata di balik itu adalah orang lama yang mengendalikan dan menginginkan hal-hal yang bersifat baik,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan